Sunday, May 22, 2016

JAKARTA MENUJU MEGAPOLITAN



JAKARTA MENUJU MEGAPOLITAN

Oleh : Suwandi S Sangadji

 
Selama puluhan tahun telah melembaga suatu anggapan dan selalu menjadi acuan penelitian dan pengkajian berbagai pihak bahwa Depok, Bogor, Tangerang, dan Bekasi merupakan daerah penyanggah bagi DKI Jakarta. Daerah penyanggah dapat diartikan sebagai daerah penopang. Artinya, selama ini  Depok, Bogor, Tangerang, dan Bekasi dipandang sebagai daerah-daerah yang  membantu menopang beban yang bertumpu di DKI Jakarta. Beban yang dimaksud  dapat mencakup beban sosiologis, beban ekonomis dan beban ekologis. Beban sosiologis bersumber dari koneksitas dinamika perkembangan masyarakat dan perubahan social masyarakat di DKI Jakarta dan masyarakat di Depok, Bogor, Tangerang, dan Bekasi. Beban ekonomis bersumber dari koneksitas dinamika pertumbuhan penduduk, pertumbuhan ekonomi, partumbuhan infrastruktur dan perkembangan wilayah di DKI Jakarta dan di Depok, Bogor, Tangerang, dan Bekasi. Beban ekologis bersumber dari koneksitas dinamika pemanfaatan wilayah dan tata ruang serta penurunan kapasitas sumber daya alam  di DKI Jakarta dan di Depok, Bogor, Tangerang, dan Bekasi. Dampak dari beban yang demikian itu adalah kepadatan penduduk, lingkungan kumuh, banjir, macet, permasalahan sosial dan gangguan ketertiban umum yang tampak menjadi fenomena kehidupan sehari-hari di DKI Jakarta.
Dengan kajian koneksitas beban antar daerah yang demikian itu, maka pertanyaan yang menarik untuk dijawab adalah “Apakah masih relevan anggapan bahwa Depok, Bogor, Tangerang, dan Bekasi merupakan daerah yang membantu menopang beban yang bertumpu di  DKI Jakarta? Mengapa pertanyaan seperti ini menarik untuk dijawab, karena realitas selama puluhan tahun menunjukkan bahwa justru DKI Jakarta itu menjadi daerah yang menerima banyak beban dari daerah-daerah di sekitarnya. Bahkan dalam perspektif yang luas justru beban itu tidak hanya datang dari Depok, Bogor, Tangerang, dan Bekasi, namun bisa juga datang dari daerah-daerah lainnya di Indonesia. Oleh sebab itu, kebijakan dan strategi Jakarta Menuju Kota Megapolitan dapat dijadikan alternatif jawaban untuk menemukan solusi yang actual dan komprehensif.

Analisis Perspektif Masalah Jakarta Menuju Kota Megapolitan
Analisis perspektif masalah Jakarta Menuju Kota Megapolitan mencakup Latar Belakang Masalah; Fakta  Masalah; Dampak Masalah; Meta Masalah; Filosofi Masalah; dan Solusi Masalah. Analisis masing-masing masalah adalah berikut :
Latar Belakang Masalah
Kemajuan daerah, pertumbuhan ekonomi, perkembangan masyarakat, perubahan social,  pertumbuhan infrastruktur, perkembangan wilayah dan tata ruang serta peningkatan pendidikan yang terjadi di DKI Jakarta selama puluhan tahun telah menjadikan Jakarta sebagai daerah khusus yang menyerap sekaligus berbagai potensi dan beban  sosiologis, ekonomis dan beban ekologis dari berbagai daerah di seluruh Indonesia. Serapan berbagai potensi dan beban tersebut pada akhirnya memunculkan sederet tantangan dan tuntutan actual bagi masyarakat dan Pemda DKI Jakarta.  Issu yang teramat actual yang timbul dari tuntutan dan tantangan tersebut adalah “Jakarta Menuju Kota Megapolitan 
Fakta Masalah
Berbagai masalah dan kendala yang menjadi tuntutan dan sekaligus tantangan bagi masyarakat dan Pemda DKI Jakarta (termasuk bagi masyarakat Indonesia) antara lain masalah dan kendala yang timbul dari  koneksitas beban antar DKI Jakarta dengan daerah-daerah sekitarnya. Misalnya, beban sosiologis bersumber dari koneksitas dinamika perkembangan masyarakat dan perubahan social masyarakat di DKI Jakarta dan masyarakat di Depok, Bogor, Tangerang, dan Bekasi. Misal lainnya, beban ekonomis bersumber dari koneksitas dinamika pertumbuhan penduduk, pertumbuhan ekonomi, partumbuhan infrastruktur dan perkembangan wilayah di DKI Jakarta dan di Depok, Bogor, Tangerang, dan Bekasi. Sementara itu, beban ekologis bersumber dari koneksitas dinamika pemanfaatan wilayah dan tata ruang serta penurunan kapasitas sumber daya alam di DKI Jakarta dan di Depok, Bogor, Tangerang, dan Bekasi semakin memberat.
Dampak Masalah
Pada satu sisi, dampak dari beban yang terbentuk dari koneksitas beban sosiologis, ekonomis dan ekologis di antara DKI Jakarta dengan daerah-daerah di sekitarnya antara lain kepadatan penduduk, lingkungan kumuh, banjir, macet, permasalahan sosial dan gangguan ketertiban umum yang tampak menjadi fenomena kehidupan sehari-hari di DKI Jakarta. Pada sisi lain, terjadi pergeseran pertumbuhan penduduk dari DKI Jakarta ke daerah-daerah sekitarnya, pembangunan inftrastruktur terutama iunfrastruktur permukiman, pengembangan wilayah dan pemanfaatan tata ruang yang semakin kompleks di daerah-daerah sekitar DKI Jakarta. Dari dua sisi inilah kemudian muncul dan berkembang kompleksitas berbagai permasalahan sosiologis, ekonomis, dan ekologis yang saling berkorelasi di antara satu daerah dengan daerah lainnya.

Meta Masalah
Dalam perspektif manajerial, meta masalah (akar masalah) yang menyebabkan terjadinya kompleksitas permaalahan koneksitas beban sosiologis, beban ekonomis dan beban ekologis di antara DKI Jakarta dengan daerah-daerah di sekitarnya adalah lemahnya kinerja koordinasi, lemahnya kinerja integrasi dan lemahnya kinerja koneksitas manajemen pemerintahan dan pembangunan di antara Pemprov DKI Jakarta dengan Pemda Depok, Pemda Bogor, Pemda Tangerang dan Pemda Bekasi. Dalam perspektif organisasional, meta masalah yang menyebabkan terjadinya koneksitas beban sosiologis, beban ekonomis dan beban ekologis di antara DKI Jakarta dengan daerah-daerah di sekitarnya adalah ego lokal dan kepemimpinan local yang memandang issu Jakarta Menuju Kota Megapolitan yang tidak memperhatikan eksistensi ego local dan  mengambaikan kepemimpinan local di daerah-daerah sekitar DKI Jakarta.
Filosofi Masalah
Dari analisis meta masalah yang dikemukakan ditemukan filofosi masalah yang terkait denga issu Jakarta Menuju Kota Megapolitan, yaitu (1) Lemah kinerja koordinasi, lemahnya kinerja integrasi dan lemahnya kinerja koneksitas manajemen pemerintahan dan pembangunan di antara Pemprov DKI Jakarta dengan daerah-daerah sekitarnya; (2) Eksistensi ego local yang terbentuk dari nilai-nilai historis dan karakteristik local daerah-daerah di sekitar DKI Jakarta; dan  (3) Terabaikannya aspirasi dan peran pemimpin dan masyarakat local di daerah-daerah sekitar DKI Jakarta.

Solusi Masalah
Berdasarkan filosofi masalah yang teridentifikasi maka solusi masalah yang diperlukan untuk mengaktualisasikan issu Jakarta Menuju Kota Megapolita adalah (1) Memperkuat kinerja koordinasi, kinerja integrasi dan kinerja koneksitas manajemen pemerintahan dan pembangunan di antara Pemprov DKI Jakarta dengan daerah-daerah sekitarnya; (2) Menghormati eksistensi ego local yang terbentuk dari nilai-nilai historis dan karakteristik local daerah-daerah di sekitar DKI Jakarta; dan  (3) Menyerap aspirasi dan mengoptimalkan peran pemimpin dan masyarakat local di daerah-daerah sekitar DKI Jakarta untuk suksesnya Jakarta Menuju Kota Megapolitan.

Penutup
Berdasarkan komponen-komponen solusi masalah yang dikemukakan diajukan rekomendasi kepada Pemda Provinsi DKI Jakarta atau kepada Presiden sebagai berikut :
1.      Membentuk Badan Kerjasama Kota Megapolitan yang dipimpin oleh seorang Menteri Negara dan bertanggungjawab langsung kepada Presiden. Keanggotaan badan tersebut terdiri atas pejabat senior dari Pemda Provinsi DKI Jakarta dan pejabat-pejabat senior dari Pemda-Pemda di sekitar DKI Jakarta.
2.      Tugas dan fungsi badan tersebut adalah (1) Mengembangkan kinerja koordinasi, kinerja integrasi dan kinerja koneksitas manajemen pemerintahan dan pembangunan antar daerah  untuk mewujudkan Kota Megapolitan; (2) Mengembangkan kearifan dan karakteristik Sub Kota Megapolitan; dan  (3) Menyerap aspirasi dan mengoptimalkan peran pemimpin dan masyarakat local di daerah-daerah sekitar DKI Jakarta untuk mewujudkan Kota Megapolitan.

No comments:

Post a Comment