JAKARTA MENUJU
MEGAPOLITAN
Oleh : Suwandi S
Sangadji
Selama puluhan tahun telah melembaga suatu anggapan dan selalu menjadi acuan
penelitian dan pengkajian berbagai pihak bahwa Depok, Bogor, Tangerang, dan
Bekasi merupakan daerah penyanggah bagi DKI Jakarta. Daerah penyanggah dapat
diartikan sebagai daerah penopang. Artinya, selama ini Depok, Bogor,
Tangerang, dan Bekasi dipandang sebagai daerah-daerah yang membantu menopang beban yang bertumpu di DKI Jakarta. Beban yang
dimaksud dapat mencakup beban sosiologis,
beban ekonomis dan beban ekologis. Beban sosiologis bersumber dari koneksitas dinamika
perkembangan masyarakat dan perubahan social masyarakat di DKI Jakarta dan
masyarakat di Depok, Bogor,
Tangerang, dan Bekasi. Beban ekonomis bersumber dari koneksitas dinamika
pertumbuhan penduduk, pertumbuhan ekonomi, partumbuhan infrastruktur dan
perkembangan wilayah di DKI Jakarta dan di Depok, Bogor, Tangerang, dan Bekasi. Beban ekologis
bersumber dari koneksitas dinamika pemanfaatan wilayah dan tata ruang serta penurunan
kapasitas sumber daya alam di DKI
Jakarta dan di Depok, Bogor,
Tangerang, dan Bekasi. Dampak dari beban yang demikian itu adalah kepadatan
penduduk, lingkungan kumuh, banjir, macet, permasalahan sosial dan gangguan
ketertiban umum yang tampak menjadi fenomena kehidupan sehari-hari di DKI
Jakarta.
Dengan kajian koneksitas beban antar daerah yang demikian itu, maka pertanyaan
yang menarik untuk dijawab adalah “Apakah
masih relevan anggapan bahwa Depok, Bogor, Tangerang, dan Bekasi merupakan
daerah yang membantu menopang beban yang bertumpu di DKI Jakarta?” Mengapa pertanyaan seperti ini menarik untuk
dijawab, karena realitas selama puluhan tahun menunjukkan bahwa justru DKI
Jakarta itu menjadi daerah yang menerima banyak beban dari daerah-daerah di
sekitarnya. Bahkan dalam perspektif yang luas justru beban itu tidak hanya
datang dari Depok, Bogor, Tangerang, dan Bekasi,
namun bisa juga datang dari daerah-daerah lainnya di Indonesia. Oleh sebab itu,
kebijakan dan strategi Jakarta Menuju Kota Megapolitan dapat dijadikan
alternatif jawaban untuk menemukan solusi yang actual dan komprehensif.
Analisis Perspektif Masalah Jakarta Menuju
Kota Megapolitan
Analisis perspektif masalah Jakarta
Menuju Kota Megapolitan mencakup Latar Belakang Masalah; Fakta Masalah; Dampak Masalah; Meta Masalah;
Filosofi Masalah; dan Solusi Masalah. Analisis masing-masing masalah adalah
berikut :
Latar Belakang
Masalah
Kemajuan daerah, pertumbuhan ekonomi, perkembangan masyarakat, perubahan
social, pertumbuhan infrastruktur, perkembangan
wilayah dan tata ruang serta peningkatan pendidikan yang terjadi di DKI Jakarta
selama puluhan tahun telah menjadikan Jakarta sebagai daerah khusus yang
menyerap sekaligus berbagai potensi dan beban
sosiologis, ekonomis dan beban ekologis dari berbagai daerah di seluruh
Indonesia. Serapan berbagai potensi dan beban tersebut pada akhirnya
memunculkan sederet tantangan dan tuntutan actual bagi masyarakat dan Pemda DKI
Jakarta. Issu yang teramat actual yang
timbul dari tuntutan dan tantangan tersebut adalah “Jakarta Menuju Kota Megapolitan”
Fakta Masalah
Berbagai masalah dan kendala yang menjadi tuntutan dan sekaligus
tantangan bagi masyarakat dan Pemda DKI Jakarta (termasuk bagi masyarakat
Indonesia) antara lain masalah dan kendala yang timbul dari koneksitas beban antar DKI Jakarta dengan
daerah-daerah sekitarnya. Misalnya, beban sosiologis bersumber dari koneksitas
dinamika perkembangan masyarakat dan perubahan social masyarakat di DKI Jakarta
dan masyarakat di Depok, Bogor,
Tangerang, dan Bekasi. Misal lainnya, beban ekonomis bersumber dari koneksitas
dinamika pertumbuhan penduduk, pertumbuhan ekonomi, partumbuhan infrastruktur
dan perkembangan wilayah di DKI Jakarta dan di Depok, Bogor, Tangerang, dan Bekasi. Sementara itu,
beban ekologis bersumber dari koneksitas dinamika pemanfaatan wilayah dan tata
ruang serta penurunan kapasitas sumber daya alam di DKI Jakarta dan di Depok,
Bogor, Tangerang, dan Bekasi semakin memberat.
Dampak Masalah
Pada satu sisi, dampak dari beban yang terbentuk dari koneksitas beban
sosiologis, ekonomis dan ekologis di antara DKI Jakarta dengan daerah-daerah di
sekitarnya antara lain kepadatan penduduk, lingkungan kumuh, banjir, macet,
permasalahan sosial dan gangguan ketertiban umum yang tampak menjadi fenomena
kehidupan sehari-hari di DKI Jakarta. Pada sisi lain, terjadi pergeseran
pertumbuhan penduduk dari DKI Jakarta ke daerah-daerah sekitarnya, pembangunan
inftrastruktur terutama iunfrastruktur permukiman, pengembangan wilayah dan pemanfaatan
tata ruang yang semakin kompleks di daerah-daerah sekitar DKI Jakarta. Dari dua
sisi inilah kemudian muncul dan berkembang kompleksitas berbagai permasalahan
sosiologis, ekonomis, dan ekologis yang saling berkorelasi di antara satu
daerah dengan daerah lainnya.
Meta Masalah
Dalam perspektif manajerial, meta masalah (akar masalah) yang menyebabkan
terjadinya kompleksitas permaalahan koneksitas beban sosiologis, beban ekonomis
dan beban ekologis di antara DKI Jakarta dengan daerah-daerah di sekitarnya
adalah lemahnya kinerja koordinasi, lemahnya kinerja integrasi dan lemahnya
kinerja koneksitas manajemen pemerintahan dan pembangunan di antara Pemprov DKI
Jakarta dengan Pemda Depok, Pemda Bogor, Pemda Tangerang dan Pemda Bekasi.
Dalam perspektif organisasional, meta masalah yang menyebabkan terjadinya koneksitas
beban sosiologis, beban ekonomis dan beban ekologis di antara DKI Jakarta
dengan daerah-daerah di sekitarnya adalah ego lokal dan kepemimpinan local yang
memandang issu Jakarta Menuju Kota Megapolitan yang tidak memperhatikan
eksistensi ego local dan mengambaikan
kepemimpinan local di daerah-daerah sekitar DKI Jakarta.
Filosofi Masalah
Dari analisis meta masalah yang dikemukakan ditemukan filofosi masalah
yang terkait denga issu Jakarta Menuju Kota Megapolitan, yaitu (1) Lemah
kinerja koordinasi, lemahnya kinerja integrasi dan lemahnya kinerja koneksitas
manajemen pemerintahan dan pembangunan di antara Pemprov DKI Jakarta dengan
daerah-daerah sekitarnya; (2) Eksistensi ego local yang terbentuk dari
nilai-nilai historis dan karakteristik local daerah-daerah di sekitar DKI
Jakarta; dan (3) Terabaikannya aspirasi
dan peran pemimpin dan masyarakat local di daerah-daerah sekitar DKI Jakarta.
Solusi Masalah
Berdasarkan filosofi masalah yang teridentifikasi maka solusi masalah
yang diperlukan untuk mengaktualisasikan issu Jakarta Menuju Kota Megapolita
adalah (1) Memperkuat kinerja koordinasi, kinerja integrasi dan kinerja
koneksitas manajemen pemerintahan dan pembangunan di antara Pemprov DKI Jakarta
dengan daerah-daerah sekitarnya; (2) Menghormati eksistensi ego local yang
terbentuk dari nilai-nilai historis dan karakteristik local daerah-daerah di
sekitar DKI Jakarta; dan (3) Menyerap aspirasi
dan mengoptimalkan peran pemimpin dan masyarakat local di daerah-daerah sekitar
DKI Jakarta untuk suksesnya Jakarta Menuju Kota Megapolitan.
Penutup
Berdasarkan komponen-komponen solusi masalah yang dikemukakan diajukan
rekomendasi kepada Pemda Provinsi DKI Jakarta atau kepada Presiden sebagai berikut
:
1.
Membentuk Badan Kerjasama Kota Megapolitan yang
dipimpin oleh seorang Menteri Negara dan bertanggungjawab langsung kepada
Presiden. Keanggotaan badan tersebut terdiri atas pejabat senior dari Pemda
Provinsi DKI Jakarta dan pejabat-pejabat senior dari Pemda-Pemda di sekitar DKI
Jakarta.
2.
Tugas dan fungsi badan tersebut adalah (1)
Mengembangkan kinerja koordinasi, kinerja integrasi dan kinerja koneksitas
manajemen pemerintahan dan pembangunan antar daerah untuk mewujudkan Kota Megapolitan; (2)
Mengembangkan kearifan dan karakteristik Sub Kota Megapolitan; dan (3) Menyerap aspirasi dan mengoptimalkan
peran pemimpin dan masyarakat local di daerah-daerah sekitar DKI Jakarta untuk
mewujudkan Kota Megapolitan.
No comments:
Post a Comment