Sunday, February 3, 2013

Usia Produktif


Saya mulai mengingat ke masa perjalanan hidup saya, lalu apa kaitannya dengan judul di atas? Usia Produktif? Menurut hasil riset usia produktif itu mulai dari 18 sampai dengan 45 tahun. Saya mencoba mencari tahu apa artinya usia produktif itu, apakah usia di mana manusia menggunakan umurnya dengan hal-hal yang menghasilkan? Menghasilkan karyakah? keuntungankah? atau yang lainnya? Lalu saya mencoba mengelompokkan umur-umur sesuai dengan produktifitas yang dilakukan, yang mungkin dari hasil ini dapat dilihat bagian umur manakah manusia itu melakukan yang untuk diri sendiri dan untuk orang lain, sehingga ada korelasi antara usia produktif dengan akibat hasil akhirnya menjadi bangsa yang limbung?
Usia 18 tahun : Usia ini biasanya baru lulus SMU, andaikan ingin bekerja, mau bekerja sebagai apa?. Di kantor-kantor pun untuk pekerjaan sebagai “cleaning Service” atau pramuniaga, yang dicari adalah lulusan SMU.
Usia (18-22) tahun : Kalau sekolah diteruskan ke PT di usia 22 tahun sudah lulus S-1, atau D-4, atau D-3, atau D-2, atau D-1 yang siap kerja dengan harapan bisa bekerja sesuai disiplin ilmu yang didapat dari sekolah. Kalau tidak sesuai harapan, kerja apa sajalah yang penting bekerja dan dapat uang. Jadi pola pikirnya sederhana : Sekolah - Kerja - Uang.
Usia (22-30) tahun: Kalau belum juga mendapat pekerjaan, sekolah dilanjutkan ke jenjang S-2 dan S-3. Bagi yang orangtuanya ‘tajir’, uang dianggap tidak ada masalah, kalau perlu sekalian kuliah di Luar Negeri biar sambil melancong juga bisa bahasa asing, harapan orangtua pastilah ingin anaknya atau dirinya juga kelak akan mendapat pekerjaan yang lebih dari L.. (luar biasa), kalau bisa XL.. bergaji dollarr. Kalau sudah lulus, lalu mencari kerja di mana? Kalau di negeri sendiri, perusahaan apa yang memerlukan lulusan S-2 atau S-3? Sesuai tidak dengan ’salary’ dan ilmu yang dicari dari negeri orang? Jangan nanti berpikirnya… wah.. ilmu yang susah kudapat ternyata tidak dihargai di negeri sendiri. Lalu karena ingin ‘dihargai’ orang lain, maka cari kerja di luar negeri dengan perhitungan nanti kalau sudah pensiun saja pulang kampung.
Usia (30-45): yaitu usia masanya ‘mikir’ masa depan, ingin punya keluarga, lalu ingin punya rumah berikut segala isinya, mobil, motor, sepeda. . tentu sepeda yang muahaal bukan sepeda ontellll…lalu ingin punya keturunan.. karena rumahnya besar pikirannya pun berubah yang asalnya anak satu saja cukup, malah kembali ke zaman primitif… “banyak anak banyak rejeki…”Lain lagi kalau ternyata banyak uang, mikirnya mulai ingin renovasi rumah, atau beli rumah baru, atau beli villa, atau ganti mobil yang jangan “made in Japan” tapi yang orang lain jarang punya, kalau perlu jumlah mobil sama banyaknya dengan jumlah penghuni rumah… pokoknya yang dipikir terus saja ke atas dan kurang ke atas…nggak ada habis-habisnya deh…
Dengan begitu, usia produktif yang ada di negeri mimpi ini punya semboyan: Maksud loh? Jadi kapan dia memikirkan negara, bangsa, dan agama?
Usia (45-60) tahun: Nah… setelah semua masalah duniawi dirasa sudah ‘memadai’, bukan cukup puas, merasa belum puas juga, buktinya ? Setelah ini terjun ke dunia politik… modal sudah ada, kesempatan untuk menjadi penguasa dan terkenal berpeluang kok. Kalau bisa jadi orang nomor “excellent” di negeri ramah loh jinawi? Negeri miskin dan banyak hutang kan karena salah urus, “coba kalau saya diberi kesempatan akan kurubah dunia” pikirnya kan begitu. Kalau ngobrol bilangnya : Payah… anak muda sekarang… maunya enak melulu… tidakk mau kerja keras, kerjanya tawuran, demo, anarkhis, narkoba, maling, terakhir… kasus mutilasi … hiy sereem.., kalau nelpon berjam-jam.. pokoknya anak muda terus yang disalahkan.. (dia nggak pernah mikir, kenapa anak muda jadi begini bukankah karena ada hukum :sebab - akibat?)
Weleh.. weleh… bagaimana dong memanfaatkan usia produktif yang sebenar-benarnya?

No comments:

Post a Comment