Saya mulai mengingat ke masa
perjalanan hidup saya, lalu apa kaitannya dengan judul di atas? Usia Produktif?
Menurut hasil riset usia produktif itu mulai dari 18 sampai dengan 45 tahun.
Saya mencoba mencari tahu apa artinya usia produktif itu, apakah usia di mana
manusia menggunakan umurnya dengan hal-hal yang menghasilkan? Menghasilkan
karyakah? keuntungankah? atau yang lainnya? Lalu saya mencoba mengelompokkan
umur-umur sesuai dengan produktifitas yang dilakukan, yang mungkin dari hasil
ini dapat dilihat bagian umur manakah manusia itu melakukan yang untuk diri
sendiri dan untuk orang lain, sehingga ada korelasi antara usia produktif
dengan akibat hasil akhirnya menjadi bangsa yang limbung?
Usia 18 tahun : Usia ini biasanya
baru lulus SMU, andaikan ingin bekerja, mau bekerja sebagai apa?. Di
kantor-kantor pun untuk pekerjaan sebagai “cleaning Service” atau pramuniaga,
yang dicari adalah lulusan SMU.
Usia (18-22) tahun : Kalau
sekolah diteruskan ke PT di usia 22 tahun sudah lulus S-1, atau D-4, atau D-3,
atau D-2, atau D-1 yang siap kerja dengan harapan bisa bekerja sesuai disiplin
ilmu yang didapat dari sekolah. Kalau tidak sesuai harapan, kerja apa sajalah
yang penting bekerja dan dapat uang. Jadi pola pikirnya sederhana : Sekolah -
Kerja - Uang.
Usia (22-30) tahun: Kalau belum
juga mendapat pekerjaan, sekolah dilanjutkan ke jenjang S-2 dan S-3. Bagi yang
orangtuanya ‘tajir’, uang dianggap tidak ada masalah, kalau perlu sekalian
kuliah di Luar Negeri biar sambil melancong juga bisa bahasa asing, harapan
orangtua pastilah ingin anaknya atau dirinya juga kelak akan mendapat pekerjaan
yang lebih dari L.. (luar biasa), kalau bisa XL.. bergaji dollarr. Kalau sudah
lulus, lalu mencari kerja di mana? Kalau di negeri sendiri, perusahaan apa yang
memerlukan lulusan S-2 atau S-3? Sesuai tidak dengan ’salary’ dan ilmu yang
dicari dari negeri orang? Jangan nanti berpikirnya… wah.. ilmu yang susah
kudapat ternyata tidak dihargai di negeri sendiri. Lalu karena ingin ‘dihargai’
orang lain, maka cari kerja di luar negeri dengan perhitungan nanti kalau sudah
pensiun saja pulang kampung.
Usia (30-45): yaitu usia masanya
‘mikir’ masa depan, ingin punya keluarga, lalu ingin punya rumah berikut segala
isinya, mobil, motor, sepeda. . tentu sepeda yang muahaal bukan sepeda
ontellll…lalu ingin punya keturunan.. karena rumahnya besar pikirannya pun
berubah yang asalnya anak satu saja cukup, malah kembali ke zaman primitif…
“banyak anak banyak rejeki…”Lain lagi kalau ternyata banyak uang, mikirnya
mulai ingin renovasi rumah, atau beli rumah baru, atau beli villa, atau ganti
mobil yang jangan “made in Japan” tapi yang orang lain jarang punya, kalau
perlu jumlah mobil sama banyaknya dengan jumlah penghuni rumah… pokoknya yang
dipikir terus saja ke atas dan kurang ke atas…nggak ada habis-habisnya deh…
Dengan begitu, usia produktif
yang ada di negeri mimpi ini punya semboyan: Maksud loh? Jadi kapan dia
memikirkan negara, bangsa, dan agama?
Usia (45-60) tahun: Nah… setelah
semua masalah duniawi dirasa sudah ‘memadai’, bukan cukup puas, merasa belum
puas juga, buktinya ? Setelah ini terjun ke dunia politik… modal sudah ada,
kesempatan untuk menjadi penguasa dan terkenal berpeluang kok. Kalau bisa jadi
orang nomor “excellent” di negeri ramah loh jinawi? Negeri miskin dan banyak
hutang kan karena salah urus, “coba kalau saya diberi kesempatan akan kurubah
dunia” pikirnya kan begitu. Kalau ngobrol bilangnya : Payah… anak muda
sekarang… maunya enak melulu… tidakk mau kerja keras, kerjanya tawuran, demo,
anarkhis, narkoba, maling, terakhir… kasus mutilasi … hiy sereem.., kalau
nelpon berjam-jam.. pokoknya anak muda terus yang disalahkan.. (dia nggak
pernah mikir, kenapa anak muda jadi begini bukankah karena ada hukum :sebab -
akibat?)
Weleh.. weleh… bagaimana
dong memanfaatkan usia produktif yang sebenar-benarnya?
No comments:
Post a Comment