Thursday, June 3, 2010

JURNAL AGRIBISNIS UNIVERSITAS NUKU






AGRIBISNIS INDUSTRI RUMAH TANGGA SAGU SINGKONG
DI KELURAHAN JAYA, KECAMATAN TIDORE UTARA,
TIDORE KEPULAUAN 



ANWAR TOSOFU, SP
NIM: 200621003

 ABSTRACT


Cassava in Indonesia has been developed since long time ago considering this plant has been a staple of the Indonesian population as well as rice and corn. In Jaya village, Tidore islands, predominantly they processing cassava into refined products of cassava starch commonly known as cassava sago, this activity has been occupied for generations. This study aims to determine the production and marketing of cassava starch, knowing the cost and revenue, and determine the level of cassava starch feasibility. Research was conducted during the months of April to September 2012, located in the Jaya Village, North Tidore District, Tidore islands. The sampling method used in this study was purposive simple method by the number of respondents who were taken by 20% which is 27 respondents of 134 person who seek cassava starch. The research results obtained is the analysis of the average cost respondent worth Rp. 478,040.93, while the revenue earned by the respondent amounted to Rp. 333,070.19, while the calculation of the R / C ratio average at 1.72 and π / C Ratio at 61.76, with the income of the average respondent of cassava starch processing, the business is worth to be developed. So, there is a need for the development of cassava starch product diversity and product storage container so that production can be routinely obtained thus revenue can also be increased.
Keywords: Agribusiness cassava starch


PENDAHULUAN

Latar Belakang
Pengembangan agribisnis merupakan salah satu bidang yang diprioritaskan dalam program pembangunan. Hal ini disebabkan agribisnis merupakan sektor yang direkomendasikan dalam program pembangunan nasional sebagai sektor unggulan guna menunjang kesejahteraan rakyat. Ketika sektor industri dan jasa mengalami tekanan berat saat krisis moneter melanda Indonesia, saat itu satu-satunya sektor yang masih mampu bertahan dan dapat diandalkan adalah sektor pertanian melalui pendekatan sistem agribisnis.
Guna mendorong upaya penciptaan sektor pertanian yang tangguh maka pemanfaatan sumberdaya memanfaatkan ketersediaan lahan pertanian guna menunjang peningkatan sumber pangan seperti jenis tanaman ubi kayu (Manihot utilisima) yang kaya karbohidrat untuk dikelola menjadi jenis makanan.
Pengembangan jenis tanaman ubi kayu di Indonesia sejak dahulu sudah dikembangkan mengingat tanaman ini telah menjadi makanan pokok penduduk Indonesia disamping tanaman padi dan jagung. Berdasarkan pada pokok pikiran ini maka jenis tanaman ubi kayu dari segi pendekatan gizi dapat dikembangkan sebagai jenis tanaman sumber kalori, disamping itu jenis tanaman ini dapat dikelola menjadi pakan ternak dan pakan ikan, sebagai komoditas agroindustri seperti pembuatan produk tapioka, industri vermentasi dan berbagai industri makanan seperti gaplek.
Di Indonesia tanaman ubi kayu banyak dikembangkan sehingga tumbuh luas dan beradaptasi pada semua jenis tanah pertanian baik di dataran rendah maupun dataran tinggi yakni 10m – 1.500m dpl dan di daerah beriklim panas atau tropis (Rahmat.R, 1997). Berdasarkan potensi fisik seperti kesesuaian lahan dan iklim, maka jenis tanaman ubi kayu ini dapat diusahakan pengembangannya di Maluku Utara khususnya di wilayah Tidore Kepulauan. Selama ini pengembangan tanaman ubi kayu diwilayah Tidore Kupulauan telah menunjukan hasil yang sangat memuaskan, ini dapat dilihat dari pengembangan jenis tanaman ubi kayu yang banyak diusahakan oleh masyarakat baik untuk dikonsumsi sebagai makanan maupun untuk dikembangkan menjadi produk olahan. Data yang diperoleh dari Dinas Pertanian dan Kehutanan Kota Tidore Kepulauan menunjukan angka produksi tanaman ubi kayu seperti terlihat pada tabel berikut:
Tabel 1.  Data Produksi dan Produktifitas Tanaman Ubi Kayu di Kota Tidore Kepulauan dari Tahun 2006-2010.
Tahun
Luas Lahan/Ha
Produksi/Ton
2006
302
32
2007
322
1097
2008
322
1097
2009
572,1
546,6
2010
599,4
788,3
Sumber: Dinas Pertnaian Kota Tidore Kepulauan 2012

Berdasarkan data diatas menunjukkan bahwa produksi tanaman ubi kayu selalu mengalami fluktuatif maka dengan ini sebagai upaya untuk meningkatkan produk ubi kayu sudah saatnya diterapkan kepada para petani di Kelurahan Jaya Tidore Kepulauan, hal ini sangat beralasan karena di desa tersebut upaya pengembangan tanaman ubi kayu menjadi produk olahan sagu yang lebih dikenal oleh masyarakat dengan nama sagu kasbi. Pengolahan sagu kasbi ini sudah dilakukan sejak turun temurun hingga sekarang sebagai makanan pokok dan juga sebagi mata pencaharian masyarakat di Kelurahan Jaya Tidore Kepulauan.

Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang yang di kemukakan, maka dapat diuraikan permasalahan bagaimana agribisnis sagu ubi kayu di Kelurahan Jaya ditinjau dari segi pengembangan produksi, biaya, pendapatan dan distribusi pemasaran produksi sagu ubi kayu serta tingkat kelayakan usaha.

Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jumlah produksi, biaya dan pendapatan serta tingkat kelayakan usaha sagu ubi kayu di Kelurahan Jaya Kecamatan Tidore Utara Kota Tidore Kepulauan.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi home industri sagu ubi kayu di Kelurahan Jaya Kecamatan Tidore Utara Kota Tidore Kepulauan mengenai tingkat kelayakan usaha yang di tekuni disamping sebagai masukan yang sangat penting bagi penulis sebagai bahan acuan dalam pengembangan ilmu pengetahuan khususnya menyangkut kewirausahaan.

METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini berlangsung selama bulan April sampai September tahun 2012. Lokasi penelitian bertempat di Kelurahan Jaya Kecamatan Tidore Utara Kota Tidore Kepulauan Provinsi Maluku Utara.

Jenis dan Sumber Data
Adapun jenis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data primer data sekunder. Data primer diperoleh langsung dengan wawancara dengan menggunakan kousioner, sementara data sekunder diperoleh dari dinas terkait dan referensi lainnya.

Metode Pengambilan Sampel
Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode purposive sample atau sampel bertujuan yaitu sampel yang dipilih secara sengaja pada produsen sagu ubi kayu yang ada Kelurahan Jaya Kecamatan Tidore Utara. Responden yang diambil sebanyak 20% yaitu 27 responden dari 134 responden yang mengusahakan sagu ubi kayu.
Metode Analisis Data
v  Analisis Biaya
Untuk mengetahui seberapa besar biaya produksi yang dikeluarkan oleh pengelola usaha sagu ubi kayu, maka perlu dilakukan perhitungan biaya yang dikeluarkan untuk masing-masing input. Untuk menghitung total biaya yang dikeluarkan tersebut secara matematis dapat dihitung dengan memakai rumus sebagai berikut (Firdaus, 2008).
TC = FC + VC
Dimana: TC = Total cost/total biaya
FC = Fixed cost/biaya tetap
VC = Variabel cost/ Biaya variable
v  Analisis Penerimaan
Untuk menghitung tingkat penerimaan yang diperoleh pengusaha dalam memasarkan produk sagu ubi kayu yaitu:
TR = P x Q
Dimana: TR = Total Revenue/ Penerimaan Total
P = Price /Harga barang
Q = Quantity/ Jumlah barang
v  Analisis Pendapatan
Untuk menghitung pendapatan usaha Sagu Ubi Kayu, maka formula yang digunakan adalah ( Ken. S, 2006) sebagai berikut:
Pendapatan = Total Penerimaan (TR) – Total Biaya (TC)
v  Analisis Kelayakan Usaha
Untuk menghitung kelayakan usaha Sagu Ubi Kayu digunakan beberapa kriteria, diantaranya perhitungan R/C Ratio (Return Cost Ratio) dan π/C Ratio. R/C Ratio yaitu perbandingan antar penerimaan dengan total biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan, sedangkan π/C Ratio (produktifitas modal) yaitu perbandingan antara keuntungan dengan total biaya (Ken. S, 2006).
v  Total Penerimaan
R/C Ratio = Total Biaya
Keterangan: R/C Ratio > 1 Usaha Mendapatkan Laba
R/C Ratio = 1 Usaha Seimbang
R/C Ratio <1 Usaha Rugi
Keuntungan π/C Ratio = Total Biaya
Keterangan: π/C Ratio > bunga bank yang berlaku


HASIL DAN PEMBAHASAN


Identitas Responden
Umur Responden
Umur   juga   akan   berpengaruh pada kecepatan menerima inovasi yang dianjurkan  sehingga  dengan kemampuan fisik dan penerapan inovasi diharapkan mampu menghasilkan produksi yang lebih besar dan berkualitas. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat klasifikasi umur responden yang mengusakan  sagu  ubi  kayu  di Kelurahan jaya, Kota Tidore.
Tabel 2.  Identitas Responden Berdasarkan Tingkat Umur dan Persentase.
No
Umur/th
Produsen
Orang
%
1
27-36
7
25,9
2
31-46
14
51,9
3
47-55
6
22,2
Sumber  :  Data  primer  yang  diolah, 2012.

Tabel diatas menunjukkan bahwa responden yang mengelola sagu ubi kayu berdasarkan   tingkat umur berbeda-beda, dimana tingkat   umur yang terbesar yaitu 37 46 tahun sejumlah 14 orang dengan tingkat persentase  51,9%  sedangkan  yang tingkat umur 47 – 55 tahun hanya sejumlah 6 orang atau persetase 22,2%. Pada  kisaran  umur  tersebut menunjukkan bahwa rata-rata umur responden tergolong produktif karena dalam pengolahan sagu ubi kayu dibutuhkan tenaga yang berpengalaman dan cukup kuat sehingga mendapatkan produksi yang banyak.

Tingkat Pendidikan Responden
Pendidikan    responden    sangat berpengaruh dalam pengolahan suatu usaha, karena akan mempengaruhi cara berfikir dalam menjalankan usahanya. Produsen yang mempunyai pendidikan yang telatif tinggi, akan membantu cara berfikir yang menyebabkan usahanya lebih efektif dan efisien. Untuk mengetahui  lebih  jelas tentang tingkat pendidikan  responden  dapat  di  lihat pada Tabel berikut: 
Tabel 3. Identitas Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
No
Pendidikan
Produsen
Orang
%
1.
2.
3.
4.
Tidak
Sekolah SD SLTP/SMP SLTA/SM A
-
13
10
4
-
48,1
37.0
14,8
Jumlah

27
100





Sumber  :  Data  primer  yang  diolah, 2012
Tabel diatas menjelaskan bahwa sebagian besar responden yang mengelolah sagu ubi kayu mempunyai latar belakang pendidikan tingkat Sekolah dasar (SD) yaitu sebanyak 13 orang atau 48.1% sedangkan tingkat pendidikan SMA terdapat 4 orang atau 14,8%. Tingkat umur tiap responden sangat berpengaruh terhadap kemampuan dalam menerima inovasi baru disamping pengalaman yang dimiliki   dalam   usaha   meningkatkan hasil produksi dan pendapatan.

Pengalaman Usaha Responden
Pengalaman usaha merupakan salah satu aspek yang penting dalam mendukung kelancaran suatu usaha, sebab pengalaman usaha sangat berperan dalam pengambilan keputusan dalam menjalankan usahanya untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Untuk mengetahui lebih jelas tentang pengalaman usaha responden dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4. Identitas Responden Berdasarkan Pengalaman Usaha
No
Jumlah tanggungan (Orang)
Responden
Orang
%
1.
2.
3 5
6 8
22
5
81,5
18,5
Jumlah

27
100
Sumber  :  Data  primer  yang  diolah, 2012
Data diatas menunjukkan bahwa persentase jumlah tanggungan keluarga yang terbanyak adalah kisaran 3-5 orang atau 81,5%, sementara jumlah tanggungan yang banyak yaitu 6 8 orang menunjukkan  persentase  18,5%. Dengan  demikian  tuntutan  pemenuhan kebutuhan hidup keluarga motivasi responden dalam meningkatkan produktifitasnya antara lain meningkatkan produksi sahu ubi kayu.

Produksi
Jumlah Produsi Sagu Ubi Kayu
Alur  produksi  pembuatan  sagu ubi kayu dimulai dengan penyiapan bahan baku yaitu ubi kayu lalu dilanjutkan dengan proses pengkupasan dan pencucian selanjutnya dengan penggilangan hingga halus lalu dipres dan  disaring  agar  diperoleh  sari  atau pati. Setelah tepung sagu sudah siap dilakukan pencetakan dan dilanjutkan dengan  pembakaran  sampai  sagu matang.
Berdasarkan  hasil  penelitian pada tiap responden di Kelurahan Jaya rata-rata  jumlah  produksi  yang diperoleh bervariasi dengan jumlah produksi yang paling sedikit 300 lempeng sagu sampai produksi yang besar   1200   lempeng   sagu   dengan jumlah bahan baku ubi kayu 2- 4 karung dalam satu kali proses produksi.

Analisis Biaya dan Pendapatan
Biaya
Biaya dapat digolongkan dalam biaya variabel dan biaya tetap. Hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk rata rata penggunaan jenis biaya yang dikeluarkan tiap responden sebesar Rp. 148.148,15 untuk biaya variabel sedangkan biaya tetap yang terdiri dari penyusutan alat sebesar 329.892,78, sehingga diperoleh rata-rata total biaya dalam satu kali proses produksi sebesar   478.040,93.   Besarnya   biaya yang dikeluarkan tiap responden berbeda berdasarkan jenis penggunaan bahan baku serta pemakaian peralatan yang dipergunakan.

Pendapatan
Berdasarkan hasil penelitian pada responden usaha sagu ubi kayu di Kelurahan Jaya total rata-rata pendapatan yang diperoleh tiap responden sebesar 333,07019. Yang mana diperoleh dari total penerimaan sebesar 811,111,11 dijumlah dengan total biaya sebesar 478,040,93.

Analisis Kelayakan
Kelayakan  artinya  penelitian yang dilakukan secara mendalam yang dilakukan untuk menentukan apakah usaha yang akan dijalankan akan memberikan manfaat  yang lebih besar dibandingkan dengan biaya  yang akan dikeluarkan   dengan   kata   lain   usaha yang dijalankan itu akan memberikan keuntungan finansial sesuai dengan tujuan yang mereka inginkan, sehingga usaha tersebut layak dan dapat dikembangkan. Untuk melihat tingkat kelayakan usaha didasarkan beberapa kategori, dalam penelitian ini dipergunakan  diantaranya  analisis R/C Ratio dan π/C Ratio.

Analisis R/C Ratio
Analisis  R/C  Ratio  digunakan untuk melihat perbandingan antara total penerimaan dengan total biaya. Apabila nilai R/C Ratio > 1 maka usaha tersebut layak untuk dikembangkan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada responden usaha sagu ubi kayu di kelurahan jaya menunjukkan rata-rata nilai R/C Ratio sebesar 1,72. Nilai tersebut menunjukkan bahwa usaha sagu ubi kayu layak untuk dikembangkan.

Analisis π/C Ratio
Analisis  π/C Ratio  adalah perbandingan  keuntungan  yang diperoleh dengan total biaya yang dikeluarkan, dengan kriteria bahwa nilai π/C Ratio > bunga bank yang berlaku Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada responden usaha sagu ubi kayu menunjukkan bahwa rata-rata π/C Ratio adalah   senilai   61.76.   Nilai   tersebut masih lebih besar dari suku bunga bank yaitu sebesar 8%. Data tersebut menunjukkan   bahwa   sagu   ubi   kayu perlu  dikembangkan  dengan penambahan  penganeka  ragaman produk sagu ubi kayu.


KESIMPULAN

Berdasarkan  hasil  penelitian pada tiap responden di Kelurahan Jaya rata-rata  jumlah  produksi  yang diperoleh bervariasi dengan jumlah produksi yang paling sedikit 300 lempeng sagu sampai produksi yang besar   1200   lempeng   sagu,   dengan proses  produksi  yang  sama  yang dimulai dengan penyiapan bahan baku sampai proses pembakaran dan pengepakan.
Baya produksi yang dikeluarkan oleh  responden  sagu  ubi  kayu  terdiri dari  biaya  variabel  dan  biaya  tetap. Besar   biaya   variabel   rata-rata   Rp. 148.148,15 sedangkan biaya tetap rata- rata     tiap     responden     adalah     Rp. 329.892,78. Biaya tiap responden berbeda-beda sesuai dengan tingkat kebutuhan responden dalam mengolah sagu ubi kayu.
Total pendapatan usaha selama satu kali proses produksi yaitu rata-rata sebesar Rp. 333,070.19, menunjukkan bahwa pendapatan yang di peroleh tiap responden dari hasil  pengolahan  sagu ubi kayu masih tergolong rendah disebabkan karena harga beli sagu ubi kayu oleh pedagang sangat murah, serta dipengaruhi  juga  oleh  ketersediaan bahan baku yang belum optimal. Hasil perhitungan R/C Ratio rata-rata sebesar 1,72. dan π/C Ratio sebesar 61.76 menunjukkan  bahwa  usaha  sagu  ubi kayu layak dan dapat dikembangkan.


DAFTAR PUSTAKA

Anonim,       2010.       Mengembangkan makanan tradisional sagu kasbi. Sinar Tani Edisi No. 3415.
________, 2010. Sagu kasbi pangan non beras dari ternate. BPTP Maluku Utara. BPS     Kota     Tidore.    
Kota     Tidore Kepulauan Dalam Angka, 2006 - 2010. Data Base, 2010. Dinas Pertanian dan Kehutanan Kota Tidore Kepulauan.
Downey,   W,  1987. Manajemen Agribisnis . Penerbit Erlangga, Jakarta.
Firdaus  M, 2008.  Manajemen Agribisnis. Bumi Aksara, Jakarta
Gumbira-Said  dkk,  2004.  Manajemen Agribisnis, Ghalia Indonesia, Jakarta.
Haryanto   Tri   dkk,   2009.   Ekonomi Pertanian.  Airlangga  Unersity  Press, Surabaya.
Kasmir, Jakfar, 2003. Studi Kelayakan Bisnis . Prenada Media Group, Jakarta.
Nina    Nurani, 2007.  Daya    Saing Agribisnis. NUANSA, Bandung.
Rita Hanafie, 2010. Pengantar Ekonomi Pertanian. CV. ANDI OFFSET, Yogyakarta.
Rukmana Rahmat, 1997. Ubi Kayu, Budi Daya dan Pascapanen. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
Soekartawi, 2003. Teori   Ekonomi Produksi. Grafindo Persada, Jakarta.
Suratiyah Ken, 2006.  Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya, Jakarta.
Sudiyono  Arman,   2004.   Pemasaran Pertanian. UMM Press, Malang.
Sudono Sukirno, 2004. Pengantar Teori Mikroekonomi . PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta

No comments:

Post a Comment