Wednesday, February 6, 2013

Menggapai Rahmat ALLAH


Dari Aisyah ra Rasulullulah bersabda :
“Perbaikilah dirimu, ucapkan kebaikan dan sampaikan kabar gembira, sesungguhnya amal seseorang tidak akan bisa memasukkannya ke dalam surga”
Orang bertanya : “ Termasuk amal anda juga wahai Rasulullah?”
Rasulullah menjawab : “ termasuk juga amalku,kecuali jika Allah mencurahkan rahmat-Nya kepadaku. Ketahuilah bahwa amal yang paling disenangi Allah adalah amal yang istiqamah meskipun sedikit” (HR Muslim)
Bahkan amal Rasulullah-pun tidak mencukupi untuk memasuki surga Allah, apalagi amal kita pasti lebih tidak mencukupi lagi. Maka janganlah kita mengandalkan amal kita dan merasa aman dengan amal kita.
Pernyataan Rasulullah “kecuali jika Allah mencurahkan rahmat-Nya kepadaku“ pada hadist di atas menunjukkan bahwa surga hanya bisa dimasuki dengan rahmat Allah. Begitu juga untuk menghindarkan dari adzab neraka juga hanya dengan rahmat Allah.
Al An’am 6 : 15 – 16
Katakanlah: "Sesungguhnya aku takut akan azab hari yang besar (hari kiamat), jika aku mendurhakai Tuhanku."(15) Barang siapa yang dijauhkan azab dari padanya pada hari itu, Maka sungguh Allah telah memberikan rahmat kepadanya. dan Itulah keberuntungan yang nyata. (16)
Maka urusan terpenting kita adalah mendapatkan rahmat Allah.
……..
Ada satu kisah :
Seorang pemuda bermaksud membeli sepeda. Dia datang ke toko sepeda berbekal uang Rp 200.000,- . Tetapi apa hendak dikata, harga sepeda yang diinginkannya ternyata jauh di atas kemampuannya sekitar Rp 1.500.000,-. Bahkan harga sepeda termurah-pun seharga Rp 600.000,-, masih di atas uang yang ditentengnya. Sang pemuda beranjak melangkah hendak meninggalkan toko sepeda. Belum sempat keluar dari toko, sang pemilik toko memanggil si pemuda itu. “Mau beli apa nak?” Tanya sang empunya toko. “Pinginnya beli sepeda pak, tapi gak jadi, duitnya gak cukup.” sahut si pemuda dengan suara lemah. Tiba-tiba si pemilik toko terperanjat begitu memperhatikan wajah si pemuda. Dia ingat pemuda ini yang pernah menolongnya ketika dia terjatuh naik sepeda motor malam-malam di jalanan sepi sekitar 6 bulan lalu. Yang sudah dicari-cari selama 6 bulan dan belum ketemu. Rasa hutang budi si pemilik toko akhirnya membuatnya justru kemudian memberikan sepeda yang diinginkan si pemuda itu, gratis.
Inilah ketika seseorang sudah ridha dengan orang lain maka segala kekurangan menjadi tidak penting dan apapun yang diinginkan selama masih bisa, akan dipenuhi.
Begitu juga dengan Allah, sekiranya Allah sudah ridha, maka surga bukan hal yang sulit untuk diberikan, demikian juga dengan menghindarkan dari api neraka. Meski amal kita tidak cukup
……..
Kemudian akan ada yang bertanya : Kalau begitu amal menjadi tidak penting dong?
Sebagaimana kisah tadi, amal mempunyai kedudukan sangat penting, karena tanpa amal apa dong yang membuat Allah ridha. Hanya saja kita tidak bisa mengandalkan amal, merasa aman dengan amal kita. Karena tidak akan pernah cukup amal kita untuk menebus surga dan menutupi maksiat kita kepada Allah.
Yang kemudian menjadi urusan kita adalah membuat amalan yang dengan amalan itu Allah ridha kepada kita dan kemudian menganugerahkan rahmat kepada kita agar dimasukkan ke surga dan dihindarkan dari neraka.
……..
Pertanyaan berikutnya adalah kalau begitu amal apa yang membuat Allah ridha?
Sayangnya ini adalah bagian dari rahasia Allah. Ada amalan yang terlihat begitu kecil, sepele, tapi juga ada amalan yang begitu luar biasa.
Ada kisah dimana Allah ridha dengan amalan seorang pelacur yang memberi minum anjing yang hampir mati. Di lain kisah Allah ridha dengan hukuman rajam dari seorang wanita yang pernah berzina (sebagai bentuk pengorbanannya yang terbesar demi menebus kesalahan dan mencari ridha Allah dengan mengorbankan kesenangan diri) dimana Rasulullah menyatakan bahwa darah dari perempuan tersebut cukup untuk mensucikan seluruh penduduk kota. Ada juga kisah seorang lelaki yang masuk surga karena berbakti luar biasa kepada orang tuanya, selalu mengutamakan urusan orangtuanya, hingga bahkan sampai suatu ketika dia lupa memberi minum susu orang tuanya dan kemudian memilih menunggu di depan pintu kamar orangtuanya sampai pagi karena sang orang tua sudah terlanjur tidur. Dan bahkan anak-anaknya tidak diizinkan minum susu sebelum orangtuanya si lelaki itu minum susu. Atau kisah di mana Allah ridha dengan amalan seorang anak yang rela menggendong orang tuanya berjalan kaki dari Irak sampai di Mekkah untuk menunaikan haji.
Lalu apa amal yang mesti kita lakukan untuk mencari ridha Allah ini?
Pada prinsipnya Allah sudah memberikan gambaran tentang amal apa yang akan mendatangkan rahmat-Nya.
QS Al Hadid 57 : 28
“Hai orang-orang yang beriman (kepada Para rasul), bertakwalah kepada Allah dan berimanlah kepada Rasul-Nya, niscaya Allah memberikan rahmat-Nya kepadamu dua bagian, dan menjadikan untukmu cahaya yang dengan cahaya itu kamu dapat berjalan dan Dia mengampuni kamu. dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (28)
QS Al Jatsiyah 45 : 30
“Adapun orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih Maka Tuhan mereka memasukkan mereka ke dalam rahmat-Nya (surga). Itulah keberuntungan yang nyata” (30)
Dari 2 surah di atas, Allah menunjukkan bahwa jika kita menginginkan ridha Allah, rahmat Allah maka kita mesti beriman, bertaqwa dan beramal shalih. Itu prinsip dasar, artinya implementasi dari konsep ketaqwaan dan bentuk-bentuk amal shalih akan sangat bervariasi tergantung situasi dan kondisi masing-masing orang.
Hanya saja amal yang seberapa banyak jenis dan kualitasnya yang Allah akan ridha memang tidak dijelaskan secara gamblang. Tetapi justru karena itu bukankah berarti kita mesti memacu diri kita untuk terus meningkatkan kuantitas dan kualitas amal diri kita setiap harinya. Dan tidak pernah boleh berpuas diri dan merasa aman. Mari meningkatkan kualitas dan kuantitas amal kita !!!
Apapun itu mari kita lakukan amalan sepenuh hati dengan kualitas terbaik karena toh Allah mengetahui apa yang ada di dalam dada kita, yang kita rahasiakan dalam hati maupun yang kita nyatakan. Tidak ada gunanya berpura-pura. Serius, sungguh-sungguh agar Allah Ridha dan mengaruniakan rahmat-Nya kepada kita.

No comments:

Post a Comment