AGRIBISNIS INDUSTRI
RUMAH TANGGA SAGU SINGKONG
DI KELURAHAN JAYA,
KECAMATAN TIDORE UTARA,
TIDORE KEPULAUAN
ANWAR TOSOFU, SP
NIM: 200621003
ABSTRACT
Cassava in Indonesia has been developed
since long time ago considering this plant has been a staple of the Indonesian
population as well as rice and corn. In Jaya village, Tidore islands, predominantly
they processing cassava into refined products of cassava starch commonly known
as cassava sago, this activity has been occupied for generations. This study
aims to determine the production and marketing of cassava starch, knowing the
cost and revenue, and determine the level of cassava starch feasibility.
Research was conducted during the months of April to September 2012, located in
the Jaya Village, North Tidore District, Tidore islands. The sampling method
used in this study was purposive simple method by the number of respondents who
were taken by 20% which is 27 respondents of 134 person who seek cassava
starch. The research results obtained is the analysis of the average cost
respondent worth Rp. 478,040.93, while the revenue earned by the respondent
amounted to Rp. 333,070.19, while the calculation of the R / C ratio average at
1.72 and π / C Ratio at 61.76, with the income of the average respondent of
cassava starch processing, the business is worth to be developed. So, there is
a need for the development of cassava starch product diversity and product
storage container so that production can be routinely obtained thus revenue can
also be increased.
Keywords: Agribusiness cassava
starch
PENDAHULUAN
Latar
Belakang
Pengembangan
agribisnis merupakan salah satu bidang yang diprioritaskan dalam program
pembangunan. Hal ini disebabkan agribisnis merupakan sektor yang
direkomendasikan dalam program pembangunan nasional sebagai sektor unggulan
guna menunjang kesejahteraan rakyat. Ketika sektor industri dan jasa mengalami
tekanan berat saat krisis moneter melanda Indonesia, saat itu satu-satunya sektor
yang masih mampu bertahan dan dapat diandalkan adalah sektor pertanian melalui
pendekatan sistem agribisnis.
Guna
mendorong upaya penciptaan sektor pertanian yang tangguh maka pemanfaatan
sumberdaya memanfaatkan ketersediaan lahan pertanian guna menunjang peningkatan
sumber pangan seperti jenis tanaman ubi kayu (Manihot utilisima) yang
kaya karbohidrat untuk dikelola menjadi jenis makanan.
Pengembangan
jenis tanaman ubi kayu di Indonesia sejak dahulu sudah dikembangkan mengingat
tanaman ini telah menjadi makanan pokok penduduk Indonesia disamping tanaman
padi dan jagung. Berdasarkan pada pokok pikiran ini maka jenis tanaman ubi kayu
dari segi pendekatan gizi dapat dikembangkan sebagai jenis tanaman sumber
kalori, disamping itu jenis tanaman ini dapat dikelola menjadi pakan ternak dan
pakan ikan, sebagai komoditas agroindustri seperti pembuatan produk tapioka,
industri vermentasi dan berbagai industri makanan seperti gaplek.
Di
Indonesia tanaman ubi kayu banyak dikembangkan sehingga tumbuh luas dan
beradaptasi pada semua jenis tanah pertanian baik di dataran rendah maupun
dataran tinggi yakni 10m – 1.500m dpl dan di daerah beriklim panas atau tropis
(Rahmat.R, 1997). Berdasarkan potensi fisik seperti kesesuaian lahan dan iklim,
maka jenis tanaman ubi kayu ini dapat diusahakan pengembangannya di Maluku
Utara khususnya di wilayah Tidore Kepulauan. Selama ini pengembangan tanaman
ubi kayu diwilayah Tidore Kupulauan telah menunjukan hasil yang sangat
memuaskan, ini dapat dilihat dari pengembangan jenis tanaman ubi kayu yang
banyak diusahakan oleh masyarakat baik untuk dikonsumsi sebagai makanan maupun
untuk dikembangkan menjadi produk olahan. Data yang diperoleh dari Dinas
Pertanian dan Kehutanan Kota Tidore Kepulauan menunjukan angka produksi tanaman
ubi kayu seperti terlihat pada tabel berikut:
Tabel 1. Data Produksi dan Produktifitas Tanaman Ubi Kayu di Kota Tidore Kepulauan dari Tahun 2006-2010.
Tahun
|
Luas Lahan/Ha
|
Produksi/Ton
|
2006
|
302
|
32
|
2007
|
322
|
1097
|
2008
|
322
|
1097
|
2009
|
572,1
|
546,6
|
2010
|
599,4
|
788,3
|
Sumber: Dinas Pertnaian Kota Tidore Kepulauan 2012
Berdasarkan
data diatas menunjukkan bahwa produksi tanaman ubi kayu selalu mengalami
fluktuatif maka dengan ini sebagai upaya untuk meningkatkan produk ubi kayu
sudah saatnya diterapkan kepada para petani di Kelurahan Jaya Tidore Kepulauan,
hal ini sangat beralasan karena di desa tersebut upaya pengembangan tanaman ubi
kayu menjadi produk olahan sagu yang lebih dikenal oleh masyarakat dengan nama
sagu kasbi. Pengolahan sagu kasbi ini sudah dilakukan sejak turun temurun
hingga sekarang sebagai makanan pokok dan juga sebagi mata pencaharian
masyarakat di Kelurahan Jaya Tidore Kepulauan.
Rumusan
masalah
Berdasarkan
latar belakang yang di kemukakan, maka dapat diuraikan permasalahan bagaimana
agribisnis sagu ubi kayu di Kelurahan Jaya ditinjau dari segi pengembangan
produksi, biaya, pendapatan dan distribusi pemasaran produksi sagu ubi kayu
serta tingkat kelayakan usaha.
Tujuan dan Kegunaan
Penelitian
Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui jumlah produksi, biaya dan pendapatan serta
tingkat kelayakan usaha sagu ubi kayu di Kelurahan Jaya Kecamatan Tidore Utara
Kota Tidore Kepulauan.
Hasil
penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi home industri
sagu ubi kayu di Kelurahan Jaya Kecamatan Tidore Utara Kota Tidore Kepulauan
mengenai tingkat kelayakan usaha yang di tekuni disamping sebagai masukan yang
sangat penting bagi penulis sebagai bahan acuan dalam pengembangan ilmu
pengetahuan khususnya menyangkut kewirausahaan.
METODE
PENELITIAN
Tempat dan
Waktu Penelitian
Penelitian
ini berlangsung selama bulan April sampai September tahun 2012. Lokasi
penelitian bertempat di Kelurahan Jaya Kecamatan Tidore Utara Kota Tidore
Kepulauan Provinsi Maluku Utara.
Jenis dan
Sumber Data
Adapun
jenis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data primer data sekunder.
Data primer diperoleh langsung dengan wawancara dengan menggunakan kousioner,
sementara data sekunder diperoleh dari dinas terkait dan referensi lainnya.
Metode
Pengambilan Sampel
Metode
pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode purposive
sample atau sampel bertujuan yaitu sampel yang dipilih secara
sengaja pada produsen sagu ubi kayu yang ada Kelurahan Jaya Kecamatan Tidore
Utara. Responden yang diambil sebanyak 20% yaitu 27 responden dari 134
responden yang mengusahakan sagu ubi kayu.
Metode Analisis
Data
v
Analisis Biaya
Untuk mengetahui seberapa besar biaya produksi yang dikeluarkan oleh
pengelola usaha sagu ubi kayu, maka perlu dilakukan perhitungan biaya yang
dikeluarkan untuk masing-masing input. Untuk menghitung total biaya yang
dikeluarkan tersebut secara matematis dapat dihitung dengan memakai rumus
sebagai berikut (Firdaus, 2008).
TC = FC + VC
Dimana: TC = Total cost/total biaya
FC = Fixed cost/biaya tetap
VC = Variabel cost/ Biaya variable
v
Analisis Penerimaan
Untuk menghitung tingkat penerimaan yang diperoleh pengusaha dalam
memasarkan produk sagu ubi kayu yaitu:
TR = P x Q
Dimana: TR = Total Revenue/ Penerimaan Total
P = Price /Harga
barang
Q = Quantity/ Jumlah barang
v
Analisis Pendapatan
Untuk menghitung pendapatan usaha Sagu Ubi Kayu, maka formula yang
digunakan adalah ( Ken. S, 2006) sebagai berikut:
Pendapatan = Total Penerimaan (TR) – Total Biaya (TC)
v Analisis
Kelayakan Usaha
Untuk menghitung kelayakan usaha Sagu Ubi Kayu digunakan beberapa
kriteria, diantaranya perhitungan R/C Ratio (Return Cost Ratio) dan π/C
Ratio. R/C Ratio yaitu perbandingan antar penerimaan dengan total biaya yang
dikeluarkan oleh perusahaan, sedangkan π/C Ratio (produktifitas modal) yaitu
perbandingan antara keuntungan dengan total biaya (Ken. S, 2006).
v
Total Penerimaan
R/C Ratio =
Total Biaya
Keterangan: R/C Ratio > 1 Usaha Mendapatkan Laba
R/C Ratio = 1 Usaha Seimbang
R/C Ratio <1 Usaha Rugi
Keuntungan
π/C Ratio = Total Biaya
Keterangan: π/C Ratio > bunga bank yang berlaku
HASIL DAN PEMBAHASAN
Identitas Responden
Umur Responden
Umur juga akan berpengaruh
pada
kecepatan menerima inovasi yang dianjurkan sehingga dengan
kemampuan fisik dan penerapan inovasi diharapkan mampu
menghasilkan produksi yang lebih besar
dan berkualitas. Untuk
lebih
jelasnya dapat dilihat klasifikasi umur responden yang mengusakan sagu ubi kayu di Kelurahan jaya, Kota Tidore.
Tabel 2. Identitas Responden Berdasarkan Tingkat Umur dan Persentase.
No
|
Umur/th
|
Produsen
|
|
Orang
|
%
|
||
1
|
27-36
|
7
|
25,9
|
2
|
31-46
|
14
|
51,9
|
3
|
47-55
|
6
|
22,2
|
Sumber : Data primer yang
diolah,
2012.
Tabel diatas menunjukkan bahwa responden yang
mengelola sagu
ubi kayu berdasarkan tingkat
umur berbeda-beda,
dimana tingkat umur
yang terbesar yaitu 37 – 46 tahun sejumlah 14 orang dengan tingkat
persentase 51,9%
sedangkan
yang tingkat umur
47 – 55 tahun hanya sejumlah 6 orang atau persetase 22,2%. Pada kisaran umur tersebut menunjukkan
bahwa rata-rata umur
responden tergolong produktif karena
dalam pengolahan sagu ubi kayu
dibutuhkan tenaga yang
berpengalaman dan
cukup kuat sehingga mendapatkan produksi yang banyak.
Tingkat
Pendidikan Responden
Pendidikan responden sangat berpengaruh dalam pengolahan suatu usaha,
karena akan
mempengaruhi cara
berfikir dalam
menjalankan usahanya. Produsen yang
mempunyai pendidikan
yang telatif tinggi, akan membantu cara berfikir yang
menyebabkan usahanya
lebih
efektif
dan efisien.
Untuk
mengetahui lebih jelas tentang tingkat pendidikan responden dapat
di
lihat pada Tabel berikut:
Tabel 3. Identitas Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
No
|
Pendidikan
|
Produsen
|
||
Orang
|
%
|
|||
1.
2.
3.
4.
|
Tidak
Sekolah SD
SLTP/SMP SLTA/SM A
|
-
13
10
4
|
-
48,1
37.0
14,8
|
|
Jumlah
|
27
|
100
|
||
Sumber
: Data
primer
yang diolah, 2012
Tabel diatas menjelaskan bahwa
sebagian besar
responden yang mengelolah sagu
ubi kayu mempunyai latar belakang pendidikan tingkat Sekolah dasar (SD) yaitu sebanyak 13
orang atau 48.1% sedangkan tingkat
pendidikan SMA terdapat 4 orang atau 14,8%. Tingkat umur tiap
responden sangat berpengaruh terhadap
kemampuan dalam menerima inovasi baru disamping pengalaman yang
dimiliki
dalam
usaha meningkatkan hasil produksi dan
pendapatan.
Pengalaman Usaha
Responden
Pengalaman
usaha
merupakan salah satu aspek yang
penting
dalam mendukung kelancaran suatu usaha,
sebab pengalaman
usaha
sangat berperan dalam pengambilan
keputusan
dalam menjalankan usahanya untuk mencapai tujuan yang
diharapkan.
Untuk mengetahui lebih jelas tentang pengalaman
usaha responden dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4. Identitas Responden Berdasarkan Pengalaman Usaha
No
|
Jumlah tanggungan (Orang)
|
Responden
|
|
Orang
|
%
|
||
1.
2.
|
3 – 5
6 – 8
|
22
5
|
81,5
18,5
|
Jumlah
|
27
|
100
|
Sumber
: Data
primer
yang diolah, 2012
Data diatas menunjukkan bahwa persentase jumlah
tanggungan keluarga yang terbanyak adalah kisaran 3-5
orang
atau 81,5%, sementara jumlah tanggungan yang
banyak yaitu 6 – 8
orang menunjukkan persentase
18,5%.
Dengan demikian tuntutan pemenuhan kebutuhan hidup
keluarga motivasi responden
dalam meningkatkan produktifitasnya antara lain
meningkatkan produksi sahu ubi kayu.
Produksi
Jumlah Produsi Sagu Ubi Kayu
Alur
produksi pembuatan sagu
ubi kayu dimulai dengan
penyiapan bahan baku
yaitu
ubi kayu lalu dilanjutkan dengan proses pengkupasan
dan
pencucian selanjutnya dengan penggilangan hingga halus lalu dipres dan disaring agar diperoleh
sari
atau pati. Setelah tepung
sagu sudah siap dilakukan pencetakan dan
dilanjutkan dengan pembakaran sampai
sagu matang.
Berdasarkan hasil
penelitian pada tiap responden di Kelurahan
Jaya rata-rata jumlah
produksi yang diperoleh
bervariasi dengan jumlah produksi yang
paling sedikit 300 lempeng sagu sampai produksi yang
besar 1200 lempeng
sagu dengan jumlah bahan
baku ubi kayu 2-
4 karung dalam satu
kali proses produksi.
Analisis Biaya dan Pendapatan
Biaya
Biaya dapat digolongkan dalam biaya variabel dan
biaya tetap. Hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk
rata
– rata penggunaan jenis
biaya yang dikeluarkan tiap responden sebesar Rp. 148.148,15 untuk biaya variabel sedangkan biaya tetap yang
terdiri dari
penyusutan alat sebesar 329.892,78, sehingga diperoleh
rata-rata total biaya dalam satu kali proses produksi
sebesar
478.040,93. Besarnya biaya
yang dikeluarkan tiap responden
berbeda
berdasarkan
jenis penggunaan bahan baku
serta pemakaian
peralatan yang dipergunakan.
Pendapatan
Berdasarkan hasil penelitian pada responden usaha sagu ubi kayu
di Kelurahan Jaya total
rata-rata
pendapatan yang diperoleh tiap responden sebesar
333,07019. Yang mana diperoleh dari total penerimaan sebesar
811,111,11 dijumlah dengan total biaya sebesar 478,040,93.
Analisis Kelayakan
Kelayakan artinya penelitian yang
dilakukan secara mendalam yang dilakukan untuk menentukan apakah
usaha yang akan dijalankan akan memberikan manfaat yang lebih besar dibandingkan dengan biaya yang akan dikeluarkan dengan kata
lain usaha yang
dijalankan itu akan memberikan keuntungan finansial sesuai dengan
tujuan yang mereka inginkan, sehingga usaha tersebut layak dan
dapat
dikembangkan.
Untuk
melihat tingkat kelayakan usaha didasarkan beberapa
kategori, dalam penelitian
ini dipergunakan diantaranya analisis R/C
Ratio dan π/C Ratio.
Analisis R/C Ratio
Analisis
R/C
Ratio digunakan untuk
melihat perbandingan
antara total penerimaan dengan total biaya. Apabila nilai R/C Ratio > 1 maka usaha
tersebut layak
untuk dikembangkan. Berdasarkan penelitian yang
dilakukan pada responden
usaha sagu
ubi kayu di kelurahan jaya menunjukkan rata-rata nilai
R/C
Ratio sebesar 1,72. Nilai
tersebut menunjukkan bahwa usaha sagu
ubi kayu layak
untuk dikembangkan.
Analisis π/C Ratio
Analisis π/C Ratio adalah perbandingan keuntungan
yang diperoleh
dengan
total biaya yang
dikeluarkan, dengan
kriteria bahwa nilai π/C Ratio > bunga bank yang berlaku
Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada responden
usaha sagu ubi kayu
menunjukkan bahwa rata-rata π/C
Ratio adalah senilai 61.76.
Nilai
tersebut masih lebih
besar dari suku bunga bank
yaitu sebesar 8%. Data tersebut
menunjukkan bahwa sagu ubi kayu perlu dikembangkan dengan
penambahan penganeka ragaman produk
sagu ubi kayu.
KESIMPULAN
Berdasarkan
hasil penelitian pada tiap responden di Kelurahan
Jaya rata-rata jumlah
produksi yang diperoleh
bervariasi dengan jumlah produksi yang
paling sedikit 300 lempeng sagu sampai produksi yang
besar 1200 lempeng sagu, dengan
proses produksi yang
sama
yang dimulai dengan
penyiapan
bahan baku
sampai proses
pembakaran dan pengepakan.
Baya produksi yang
dikeluarkan
oleh responden sagu ubi kayu terdiri dari
biaya variabel dan biaya tetap.
Besar biaya variabel rata-rata Rp. 148.148,15 sedangkan biaya tetap
rata-
rata tiap responden adalah
Rp. 329.892,78. Biaya tiap responden
berbeda-beda sesuai dengan
tingkat kebutuhan responden
dalam mengolah
sagu ubi kayu.
Total pendapatan
usaha selama satu kali proses produksi yaitu rata-rata
sebesar Rp. 333,070.19, menunjukkan
bahwa pendapatan yang di peroleh tiap responden dari hasil
pengolahan sagu ubi kayu masih tergolong rendah disebabkan karena
harga beli sagu ubi
kayu oleh pedagang sangat murah, serta
dipengaruhi
juga oleh ketersediaan bahan
baku
yang belum optimal.
Hasil
perhitungan R/C Ratio rata-rata sebesar 1,72. dan π/C Ratio sebesar 61.76 menunjukkan bahwa usaha
sagu ubi kayu layak dan
dapat dikembangkan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim,
2010. Mengembangkan makanan tradisional sagu kasbi. Sinar
Tani
Edisi No.
3415.
________, 2010. Sagu
kasbi pangan non beras dari ternate. BPTP Maluku
Utara. BPS
Kota
Tidore.
Kota Tidore
Kepulauan
Dalam Angka, 2006 - 2010. Data Base, 2010. Dinas Pertanian dan Kehutanan Kota Tidore Kepulauan.
Downey, W, 1987.
Manajemen Agribisnis . Penerbit Erlangga,
Jakarta.
Firdaus M, 2008.
Manajemen
Agribisnis. Bumi Aksara, Jakarta
Gumbira-Sa’id dkk, 2004. Manajemen Agribisnis,
Ghalia Indonesia, Jakarta.
Haryanto Tri dkk,
2009.
Ekonomi Pertanian. Airlangga Unersity
Press,
Surabaya.
Kasmir, Jakfar, 2003. Studi Kelayakan Bisnis . Prenada Media Group,
Jakarta.
Nina Nurani,
2007. Daya Saing
Agribisnis. NUANSA, Bandung.
Rita Hanafie, 2010.
Pengantar Ekonomi Pertanian. CV. ANDI
OFFSET, Yogyakarta.
Rukmana
Rahmat, 1997. Ubi Kayu, Budi Daya dan Pascapanen. Penerbit Kanisius,
Yogyakarta.
Soekartawi,
2003. Teori Ekonomi Produksi.
Grafindo Persada,
Jakarta.
Suratiyah Ken, 2006.
Ilmu Usahatani.
Penebar Swadaya,
Jakarta.
Sudiyono
Arman, 2004. Pemasaran Pertanian. UMM Press, Malang.
Sudono Sukirno, 2004. Pengantar
Teori Mikroekonomi .
PT.
RajaGrafindo
Persada, Jakarta